Di Sini, Jejak Lukaku Kutulis [2]
Posted by Serumpun Kata
Posted on 8:39:00 AM
Karya: Ian Konjo
Di sinilah.....
Di malam dengan purnama penuh
Tak ada yang bisa aku nikmati
Selain sepi yang tak mampu lagi kubedakan
Aku akan memberinya nama “purnama malam yang sangat mengerikan”
Betapa tidak, jika yang kini memegang kendali dalam malamku
Hanyalah bayangan kisah-kisah tentang kerinduan yang menutup pandanganku
Di sinilah jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Dengan saksi purnama yang bisu
Dengan alunan syahdu dari deburan ombak yang amat pilu
Dengan riuh jangkrik yang seolah ikut merasa betapa pedihnya jejak luka itu
Di sinilah.....
Di sinilah jejak luka itu akan selalu membayangi malam
Walau dengan bulan purnama penuh yang kata orang sangat indah
Di sinilah, jejak luka itu menjadi nyanyian malam pekat
Di tepi pantai ketika air sedang surut
Ketika pantulan cahaya purnama tak sampai menyentuh wajahku
Dan akupun tak berharap ia membelaiku dengan lembut cahayanya.....
Karena aku takut, ia akan menertawaiku
Yang duduk dengan wajah lusuh dan kehilangan semangat
Aku takut jika ia tahu,
Aku tak lebih dari seorang lelaki yang tak lagi punya cinta yang putih
Di sini jejak luka itu akan selalu ada
Menjadi prasasti dari setiap malam yang kulalui dengan
“Air mata dan kerinduan”
Di sinilah......
Jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Bulukumba, 1/10/2012
Di malam dengan purnama penuh
Tak ada yang bisa aku nikmati
Selain sepi yang tak mampu lagi kubedakan
Aku akan memberinya nama “purnama malam yang sangat mengerikan”
Betapa tidak, jika yang kini memegang kendali dalam malamku
Hanyalah bayangan kisah-kisah tentang kerinduan yang menutup pandanganku
Di sinilah jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Dengan saksi purnama yang bisu
Dengan alunan syahdu dari deburan ombak yang amat pilu
Dengan riuh jangkrik yang seolah ikut merasa betapa pedihnya jejak luka itu
Di sinilah.....
Di sinilah jejak luka itu akan selalu membayangi malam
Walau dengan bulan purnama penuh yang kata orang sangat indah
Di sinilah, jejak luka itu menjadi nyanyian malam pekat
Di tepi pantai ketika air sedang surut
Ketika pantulan cahaya purnama tak sampai menyentuh wajahku
Dan akupun tak berharap ia membelaiku dengan lembut cahayanya.....
Karena aku takut, ia akan menertawaiku
Yang duduk dengan wajah lusuh dan kehilangan semangat
Aku takut jika ia tahu,
Aku tak lebih dari seorang lelaki yang tak lagi punya cinta yang putih
Di sini jejak luka itu akan selalu ada
Menjadi prasasti dari setiap malam yang kulalui dengan
“Air mata dan kerinduan”
Di sinilah......
Jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Bulukumba, 1/10/2012